Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Pemerintah tengah mengkaji pengurangan volume ekspor gas bumi ke Singapura, guna meminimalkan kekurangan pasokan gas di dalam negeri.
 
Menko Perekonomian sekaligus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ad interim Hatta Rajasa mengemukakan selama ini volume ekspor gas ke Singapura sudah terlalu besar, padahal kebutuhan di dalam negeri masih mengalami kekurangan.
 
“Tidak akan saya izinkan tambahan gas [ekspor] ke Singapura. Hari ini pun ketika gas akan diekspor ke Singapura, saya katakan setop. Republik butuh gas sendiri,” ujarnya, hari ini.
 
Menurut dia, tim renegosiasi ekspor ke Singapura yang berada di bawah kewenangan Menteri ESDM sudah mulai berjalan. Dia membantah telah mengizinkan tambahan ekspor gas ke Singapura dengan mengorbankan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
 
“Tidak betul rakortas [Rapat Koordinasi Terbatas], Menko Perekonomian memutuskan memasok 100 BBtud ke Singapura. Saya minta ke BP Migas melakukan penyelamatan, dengan carikan alternatif pengganti karena industri bisa ditutup kalau [gas] terlambat,” tutur Hatta.
 
Senada dengan itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo mengatakan pihaknya sudah mengkaji kemungkinan pengurangan volume ekspor gas bumi ke Singapura.
 
“Tidak ada tambahan gas yang diekspor ke Singapura. Gas hanya untuk peningkatan produksi Chevron [PT Chevron Pacific Indonesia]. Kita pelajari kemungkinan mengurangi atau meminjam dulu gas dari kontrak yang sudah ada,” katanya.
 
Menurut dia, pemerintah sudah mengupayakan tambahan pasokan gas untuk PLN sebanyak 67 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd), yang akan diambil dari berbagai sumber.
 
Untuk diketahui, ekspor gas ke Singapura berasal dari ConocoPhillips (Blok Corriodor Sumatra Selatan), Talisman Jambi Merang, dan Konsorsium Natuna.
 
Pada Maret 2010, melalui rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa,  pemerintah sudah memutuskan pengurangan pasokan gas PT PGN Tbk ke PLTGU Muara Tawar milik PLN dari sebelumnya 200 miliar British thermal unit (BBtud) menjadi 100 BBtud.
 
Pengurangan tersebut dipicu oleh penurunan pasokan dari produsen gas, ConocoPhillips ke PGN akibat kebijakan pemerintah mengalihkannya ke Chevron untuk meningkatkan produksi minyak dan ekspor ke Singapura.
 
Pada Januari 2010, pasokan ConocoPhillips ke PGN masih 378 BBtud, namun Februari turun 320 BBtud dan awal Maret 2010 turun lagi menjadi 295 BBtud. Akibatnya, PGN berencana memotong kontrak volume gas sebesar 20% ke semua pelanggan industri termasuk PLN. (ln)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper