Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenkop bantu koperasi penghasil getah pinus

JAKARTA: Kemenkop dan UKM memfasilitasi Koperasi Civitas Akademika Sawerigading, Sulsel, mengelola tanaman pinus seluas 3.000 hektar untuk diambil getahnya menjadi bahan baku berbagai industri, termasuk batik.Braman Setyo, Deputi  Bidang Produksi

JAKARTA: Kemenkop dan UKM memfasilitasi Koperasi Civitas Akademika Sawerigading, Sulsel, mengelola tanaman pinus seluas 3.000 hektar untuk diambil getahnya menjadi bahan baku berbagai industri, termasuk batik.Braman Setyo, Deputi  Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM, mengemukakan pengelolaan getah pinus menjadi komoditas bernilai ekonomis oleh koperasi merupakan terobosan baru. Selama ini komoditas tersebut hanya dikelola Perum Perhutani."Langkah koperasi itu sejalan dengan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Strategi pelaksanaannya membangun pusat pertumbuhan ekonomi di setiap koridor, meningkatkan daya saing SDM dan Iptek berdasarkan keunggulan dan potensi strategis," ujar Braman kepada Bisnis, hari ini.Meski memiliki potensi bisnis menggiurkan, mengelola komoditas tersebut tidak mudah. Sebab, bisnis getah pinus membutuhkan jaminan kelangsungan pasokan sehingga harus berkonsentrasi pada sektor hulu, yakni pengelolaan hutan pinus.Paling tidak, katanya, bisa menjaga tanaman pinus agar tetap sehat dan produktif. Oleh karena itu teknik penyadapan getahnya harus diperhatikan. Itu sebabnya Koperasi Civitas Akademika Sawerigading (Kocika Unsa) membutuhkan dukungan dari pemerintah.Untuk menjaga kelangsungan produksi, koperasi tersebut selama ini masih tergantung pada pihak ketiga, yakni industri batik di Pekalongan, Jateng. Industri batik dari daerah itu membantu operasional Kocika Unsu mulai dari hulu sampai hilir.Sistem yang dilaksanakan selama ini memberikan fee 500 per kg kepada koperasi setelah produknya diterima pelaku industri batik di Pekalongan. Sejak aktif mulai 2007, Kocika Unsa telah menghasilkan sekitar 10,5 ton getah pinus yang diolah menjadi gondorukem dan terpentin untuk berbagai keperluan industri. (tw) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Sarwani
Editor : Nadya Kurnia

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper