Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data pangan jadi persoalan utama

JAKARTA: Ukuran dari kecukupan pangan atau ketahanan pangan itu selalu ekonomi, bukan pada kesejahteraan rakyatnya. Bisa saja rakyatnya tidak sejahtera, tapi ketahanan pangannya cukup secara nasional.Kalau saya melihat ukurannya di rakyat. Bagaimana

JAKARTA: Ukuran dari kecukupan pangan atau ketahanan pangan itu selalu ekonomi, bukan pada kesejahteraan rakyatnya. Bisa saja rakyatnya tidak sejahtera, tapi ketahanan pangannya cukup secara nasional."Kalau saya melihat ukurannya di rakyat. Bagaimana di daerah itu, bisa ditunjukkan dari nilai tukar petani," kata Guru Besar dan mantan Rektor IPB Ahmad Ansori Mattjik hari ini.Menurut dia, persoalan utama pangan di Indonesia adalah data. "Datanya itu yang seharusnya dipercaya oleh semua orang. Yang terjadi sekarang setiap departemen membuat survei sendiri, artinya mereka tidak menggunakan data dari BPS."Dia mengungkapkan seharusnya ada data yang dirujuk oleh semua baik swasta maupun pemerintah. "Saya melihatnya tidak, karena departemen lain apalagi swasta buat survei sendiri. Ada undang-undang data yang seharusnya menggunakan data dari BPS."Mengenai impor pangan yang terjadi saat ini, menurut Ansori, barangkali pemerintah melihatnya  dari sudut lain. "Saya dengar gula impor, padahal sekarang sedang produksi gula, sekarang sedang giling, banyak gula yang tergiling belum terjual," katanya."Saya  mengharapkan hasil produksi rakyat itu dibeli oleh pemerintah dengan harga yang menguntungkan petani supaya petaninya sejahtera. Tak usah lagi menyuruh memproduksi, mereka akan memproduksi kalau harganya bagus."Ansori, yang juga profesor untuk biometrika, mengatakan kelompok tani harus menciptakan yang disebutnya sebagai konglomerasi petani. Mereka harus dilibatkan dari hulu sampai hilir.Menurut Ansori, kebutuhan setiap orang Indonesia 13 kg beras per bulan. Dengan adanya diversifikasi makanan mungkin berkurang dari jumlah itu. "Saya lihat distribusinya yang tidak merata bukan jumlahnya, secara nasional cukup. Swasembada beras sudah pernah zaman Soeharto, mestinya sekarang bisa." (tw) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Inria Zulfikar
Editor : Nadya Kurnia

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper