Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wah, produk dari negara lain akan dikenai disinsentif

JAKARTA: Pemerintah akan mengenakan disinsentif atas produk-produk yang dipasarkan di tanah Air yang basis produksinya di negara lain, a.l. berupa pengenaan pajak tambahan.Gita Wirjawan, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), menuturkan pemerintah

JAKARTA: Pemerintah akan mengenakan disinsentif atas produk-produk yang dipasarkan di tanah Air yang basis produksinya di negara lain, a.l. berupa pengenaan pajak tambahan.Gita Wirjawan, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), menuturkan pemerintah telah menyediakan paket insentif pajak berupa fasilitas pembebasan pajak (tax holiday) dan keringanan  pajak penghasilan (tax allowance) bagi kegiatan investasi yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian Tanah Air.

Namun, sedang dipikirkan adanya disinsentif bagi perusahaan yang hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar penjualan atas produk yang dibuat di luar negeri.“Disinsentif saya angkat (dalam rapat koordinasi), bahwa kita kecolongan, RIM bangun pabrik di Malaysia, padahal di Indonesia Blacberry akan dilakukan penjualan sekitar 4 juta unit tahun depan.

Itu rata-rata US$300 per unit. Sedangkan di Malaysia mereka tidak akan bisa jual lebih dari 400 ribu unit,” ujar dia usai rapat koordiansi di kantor Menko Perekonomian, hari ini.Contoh lain Bosch, kata Gita, perusahaan Jerman tersebut memproduksi solar panel di Malaysia, tetapi ada kepentingan penjualan di Indonesia yang cukup besar. Bentuk-bentuk usaha semacam itu perlu penyikapan serius dari pemerintah, bisa melalui kebijakan tarif maupun non-tarif,  sebagai bentuk disinsentif. “Secara konsep diterima (dalam rapat koordinasi). Intinya, selama mereka tidak bangun pabrik (di Indonesia) akan dikenakan disinsentif sampai mereka membangun pabrik di sini,” tegasnya.Menteri Perindustrian M.S. Hidayat menjelaskan wacana penerapan disinsentif tersebut dalam rangka meningkatkan investasi dan ekspor Indonesia. Menurutnya, perpajakan bisa menjadi instrument disinsnetif bagi para pemasok produk impor.“Harus dibuat aturan yang membuat orang lebih tertarik investasi di sini, kalau memang sasaran marketnya di sini. Sebagai contoh Blackberry, dia mau bikin (pabrik) di Malaysia tapi marketnya Indonesia. Jadi perlu disinsentif semacam PPN tambahan atau PPnBM tambahan, sehingga orang tertarik investasi di sini,” tuturnya.Pada kesempatan berbeda, Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo mengatakan ekspor Indonesia saat ini relatif bagus karena mayoritas ekspor bahan mentah yang terimbas positif oleh kenaikan harga-harga komoditas dunia.

Namun, patut diwaspadai pula dari sisi impor, jangan terlalu banyak memasukan barang-barang konsumsi yang kurang perlu atau memberikan nilai tambah bagi perekonomian.“Barang-barang konsumtif yang diimpor itu kan barang-barang yang tidak perlu. Dan kami harus jaga, bisa saja kondisi capital inflow itu berubah. Jadi jangan kita kemudain menggunakan uang untuk hal-hal yang konsumtif dan tidak memberikan nilai tambah. Jangan sampai terjadi, Indonesia mejadi backyard dari negara-negara yang hanya memanfaatkan potensi domestik Indonesia,” paparnya.(api) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Agust Supriadi & Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper