Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana asing bergerak, nilai tukar mata uang negara berkembang jatuh

JAKARTA: Nilai tukar mata uang sejumlah negara berkembang Asia pada pekan ini jatuh menyusul spekulasi berpindahnya aliran dana asing dari kawasan tersebut akibat tingginya inflasi. Won Korea Selatan dan peso Filipina memimpin penurunan yang terjadi

JAKARTA: Nilai tukar mata uang sejumlah negara berkembang Asia pada pekan ini jatuh menyusul spekulasi berpindahnya aliran dana asing dari kawasan tersebut akibat tingginya inflasi. Won Korea Selatan dan peso Filipina memimpin penurunan yang terjadi pada nilai tukar sejumlah mata uang negara berkembang Asia. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar won melemah sebesar 0,7% pada pekan ini menjadi 1.121,75 per dolar AS pada pukul 11:57 waktu Seoul. Won Korsel melemah menyusul aksi investor asing yang menjual lebih dari US$117 juta saham Korea, lebih dari yang mereka beli pada pekan ini.

Drew Doohyun Na, pedagang valasa pada Standard Chartered First Bank Korea Ltd. unit usaha Standard Chartered Plc, mengatakan terjadi pembalikan dana asing dalam jumlah besar pada won ketika pasar spot melemah menjadi 1.110 pada awal pekan ini.

Namun won tidak mungkin melanjutkan penurunannya. Eksportir juga mencari kemungkinan menjual dolar di atas level 1.120, ujar seperti dikutip Bloomberg, hari ini.

Indeks harga konsumen di China pada Desember 2010 naik sebesar 4,6% dari tahun sebelumnya. Angka tersebut mendekati kenaikan sebesar 5,1% pada November yang merupakan terbesar dalam lebih dari 2 tahun.

Sementara itu, akselerasi inflasi di Indonesia pada Desember juga yang tercepat dalam 20 bulan. Kemarin, imbal hasil obligasi negara bertenor 10-tahun naik ke level tertinggi sejak Mei.

Hal itu terjadi setelah Citigroup Inc, HSBC Holdings Plc, dan PT Bank Central Asia Tbk memperkirakan Bank Indonesia akan menaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada tahun ini untuk menahan laju kenaikan harga.

Banyak yang menarik posisi karena khawatir terhadap inflasi di beberapa pasar. Sejumlah investor memilih mengambil keuntungan sehingga mereka dapat keluar pada level ini, ujar Wai Ho Leong, regional ekonom pada Barclays Plc.

Pada pekan ini, rupiah melemah 0,2% menjadi 9.080 per dolar AS. Seperti diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia tetap mempertahankan BI rate di level rendah sebesar 6,5% pada awal tahun ini. Sementara itu, peso melemah 0,5% menjadi 44,42 per dolar AS, baht Thailand melemah 0,5% menjadi 30,61 per dolar AS, rupee India melemah 0,4% menjadi 45,53 per dolar AS, dan yuan China sedikit berubah pada level 6,5881 per dolar AS.

Namun di sisi lain, dolar Taiwan menguat 1,8% menjadi NT$29,09 per dolar AS dan dolar Singapura menguat 0,3% menjadi 1,2861 per dolar AS. Ringgit Malaysia juga bergerak menuju pelemahan mingguan menyusul kekhawatiran permintaan ekspor negara tersebut dapat tertahan jika China melanjutkan kebijakan pengetatan moneter.

Malaysia mengirimkan sebanyak 13% dari total ekspor ke China dalam periode Januari-November 2010. Pekan ini, ringgit melemah 0,1% menjadi 3,0618 per dolar AS. D. Sivadass, pedagang forwarder valas pada EON Capital Bhd di Kuala Lumpur, mengatakan pasar khawatir jika China menjadi behind the curve dan merasa perlu memperkeras kebijakannya.

Akan ada penawaran jangka pendek untuk dolar sebagai hasil dari reaksi jangka pendek, ujarnya.

Aninda Mitra, Vice President Senior Analyst Moodys Investors Service, menuturkan pada tahun lalu dolar AS dalam tren pelemahan terhadap mata uang sejumlah negara berkembang Asia.

Dia memperkirakan pada tahun ini akan terjadi volatilitas nilai tukar dolar AS, baik terhadap euro maupun mata uang sejumlah negara berkembang Asia. Tahun lalu, tren pelemahan dolar AS telah mendorong kenaikan harga komoditas dunia. Pada tahun ini, indeks dolar sangat volatile, katanya di Jakarta, hari ini. (fh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anne Rufaidah
Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper