Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan harga bahan baku karet dikeluhkan

BANDUNG: Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) yang memroduksi komponen otomotif di Jawa Barat mengeluhkan kenaikan harga bahan baku karet hingga 10% yang terjadi selama dua pekan terakhir.

BANDUNG: Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) yang memroduksi komponen otomotif di Jawa Barat mengeluhkan kenaikan harga bahan baku karet hingga 10% yang terjadi selama dua pekan terakhir.

Agus Fuzy, Ketua Forum IKM Jabar, mengemukakan harga bahan baku karet yang naik tersebut di antaranya karet khusus (special rubber), camel back (karet semi keras), dan karet kasar (jenis D) yang didorong oleh kenaikan komoditas karet dunia.

Dia mencontohkan harga karet khusus yang sebelumnya didapatkan Rp25.000 per kg, kini menjadi Rp27.500 per kg.

Selain itu, karet camel back naik dari biasanya Rp8.000--Rp15.000 menjadi Rp8.800Rp16.500 per kg (bergantung jenis).

Demikian pula dengan karet kasar yang biasanya Rp4.000 per kg, kini harus didapatkan Rp4.500 per kg.

Kenaikan harga bahan baku tersebut secara otomatis menurunkan margin usaha pelaku IKM yang memroduksi komponen suku cadang otomotif.

Di sisi lain, pasar produk komponen otomotif kami juga belum terlalu berkembang sehingga kenaikan harga bahan baku ini benar-benar menyulitkan usaha kami, katanya kepada Bisnis, kemarin.

Karet khusus biasanya digunakan untuk komponen O Ring yang tahan bensin dan tahan gesekan. Karet camel back biasanya digunakan untuk komponen bumper, mounting engine, dan lain-lain.

Sedangkan karet kasar biasanya digunakan untuk karpet kendaraan, lapisan jok, dan lain-lain.

T. Wisnuadji, Wakil Ketua Working Group Klaster Komponen Otomotif Jabar mengatakan terpaksa menaikkan harga jual produk komponen otomotif berkisar 20%--40% akibat kenaikan harga karet alam dan sintesis.

Kenaikan harga ini hanya kami berlakukan kepada pabrikan otomotif atau agen tunggal pemegang merek [ATPM], untuk pelanggan yang sudah memiliki kontrak lama kami naikkan 20%, sedangkan untuk pembelian baru kenaikan mencapai 40%, jelasnya.

Menurut dia, kelompoknya belum bisa menaikkan harga untuk konsumen after market atau end user karena segmen pasar tersebut sangat sensitif dengan isu kenaikan harga.

Konsumen ATPM masih bisa menerima kenaikan ini karena mereka tinggal menaikkan harga jual kendaraan yang mereka produksi, ujarnya.

Wisnu menjelaskan, kenaikan harga karet alam dan sintesis dunia ini cukup memberatkan pengusaha skala industri kecil menengah (IKM) sehingga pengusaha kesulitan menaikkan harga jual.

Kami harus menurunkan margin keuntungan di segmen pasar end user dari pada menaikkan harganya, katanya. (api)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper