Ekonom UGM Sri Adiningsih mengatakan tahun depan pemerintah harus agak berhati-hati dari sisi pembiayaan fiskal.
Pasalnya, defisit fiskal yang dibiayai dari SBN yang sekitar Rp200 triliun tahun depan tidak cukup jika hanya dicari dari domestik tapi juga perlu sumber dari asing.
Apalagi tahun depan, lanjutnya, entitas bisnis diCina akan menggelar banyak penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) dan mata uang yuan sudah menjadi mata uang internasional. Hal ini menyebabkan persaingan negara-negara di emerging markets termasuk Indonesia untuk menarik dana jangka pendek dari internasional semakin ketat.
Kalau di Cina adaIPO besar-besaran dan mata uang yuan jadi mata uang internasional akan membuat persaingan semakin ketat di pasar. Di sisi lain, negara-negara maju juga ekonominya sudah memulih dari dampak krisis 2008, kata Sri ketika dihubungi Bisnis hari ini.
Menurut dia, pada tahun depan Indonesia perlu menjaga stabilitas keuangan dan memastikan pasar keuangan aman dan tetap menarik bagi investor sehingga tidak membuat investor domestik maupun asing hengkang dari Indonesia.
Kalau itu yang terjadi, dikhawatirkan dana jangka pendek akan keluar dan akan membawa konsekuensi yang serius. Pemerintah perlu memikirkan cara seperti misalnya memberikan bunga obligasi negara yang lebih menarik, misalnya, katanya.
Dana jangka pendek memang tidak bisa dipisahkan dari Indonesia. Saat ini jumlah dana jangka pendek besarnya sudah 1,5 kali lipat dari cadangan devisa yang sekitar US$93,1 miliar. Indonesia harus agak berhati-hati karena dana jangka pendek sudah terlanjur jadi bagian penting bagi Indonesia, katanya.(mmh)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel