Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JAKARTA: Bank Indonesia mengidentifikasi tiga risiko yang perlu diwaspadai ke depannya untuk menjaga keseimbangan internal dan eksternal ekonomi nasional.

Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menerangkan bila tidak diantisipasi maka sejumlah risiko tersebut dapat menimbulkan ketidakstabilan internal dan eksternal ekonomi Indonesia ke depan.

"Sejumlah risko perlu diwaspadai untuk menjaga keseimbangan internal dan eksternal agar peningkatan ekonomi nasional berkelanjutan," katanya dalam acara Proyeksi Ekonomi 2011 yang diselenggaran oleh Indef di Jakarta hari ini.

Tiga risiko itu adalah pertama risiko dari ketidakseimbangan ekonomi global di mana melambatnya ekonomi negara maju dan moderasi akselerasi emerging market dapat menyebabkan menurunnya permintaan eksternal terhadap ekspor emerging market termasuk Indonesia.

"Masih tingginya harga komoditas dapat mengkompensasi sebagian dampak negatif itu akan tetapi dengan akselerasi impor yang tinggi sejalan kuatnya permintaan domestik, defisit transaksi berjalan dapat lebih cepat terjadi," jelasnya.

Risiko kedua adalah dari derasnya aliran modal asing (capital inflows) dan isu perang kurs di mana kebijakan quantitative easing tahap kedua dari AS akan mengakibatkan berlanjutnya aliran capital inflows yang deras dan tekanan apresiasi nilai tukar emerging market termasuk rupiah.

"Tanpa koordinasi kebijakan internasional terdapat kecenderungan masing-masing negara menempuh kebijakan yang mendahulukan kepentingan nasional," ujarnya.

Dan risiko ketiga adalah kuatnya permintaan domestik dan tekanan inflasi. Menurut Perry, peningkatan permintaan domestik untuk mendorong pertumbuhan di emerging market termasuk Indonesia akan mendorong peningkatan tekanan inflasi terutama bila respon sisi penawaran tidak secepat akselerasi sisi permintaan.

"Respon kebijakan moneter untuk stabilisasi harga menjadi kompleks dalam kondisi derasnya capital inflows dan apresiasi nilai tukar," katanya.

Selain itu, tambahnya, pengendalian inflasi dari sisi volatile foods dan adminstered prices semakin penting. (tw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper