Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Impor, Pemerintah Fokus Cari Batu Bara Kalori Tinggi

Pemerintah terus melanjutkan eksplorasi batu bara kalori tinggi untuk menekan impor komoditas jenis tersebut.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah masih akan melanjutkan kegiatan eksplorasi batu bara kalori tinggi guna menekan impor komoditas jenis tersebut. Jenis batu bara kalori tinggi masih sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan Indonesia masih belum menemukan sumber batu bara kalori tinggi, sehingga masih harus mengimpor sebanyak 7,9 juta ton sepanjang 2021.

"Kami untuk mengatasi subtitusi impor itu dengan eksplorasi di 22 lokasi di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan," ujarnya dalam konferensi pers yang digelar pada Kamis (20/1/2022).

Adapun, kegiatan eksplorasi batu bara kalori tinggi untuk di wilayah Kalimantan Timur dilakukan oleh Mahakam Indah Jaya, Dermaga Pratama Perkasa, Borneo Emas Hitam, Gunung Bayan Pratama Coal, Indo Pancadasa Agrotama, Kartika Selabumi Mining.

Sementara itu, 11 titik lokasi eksplorasi metalurgi di Kalimantan Tengah dilakukan oleh Yastra Energy, Tuah Globe Mining, Borneo Prima, Murung Raya Coal, Semesta Alam Barito, Nantoy Bara Lestari, Permata Mulya Agung, Suprabari Mapanindo Mineral, Wahanana Agung Sejahtera, Jembatan Dua Mandiri, dan Batubara Kalimantan.

Untuk di Kalimantan Selatan terdapat 5 titik lokasi eksplorasi yang dilakukan oleh Sebuku Sejaka Coal, Anugerah Bara Hampang, Kadya Caraka Mulia, Tanjung Alam Jaya, Baramarta.

"Eksplorasi batu bara metalurgi, selama ini Indonesia mengimpor batu bara ini dan kita belum menemukannya sendiri belum punya tambangnya sendiri, untuk industri masih impor," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper